I took this article from my friend's blog. He's one of the best creative director in Jakarta. I used to work with him for about 2 months, and he teach me a lot more things than what i got in class.. He told me that we have to give what we have earned, and we will earn more... So, i guess i will share you what i've learned from him. Well, i cant support you with English version since the article's too long... hehehehe..
Here we go...
The Ultimate Creative Responsibility! Emang Enak?
Pertama-tama, being a great creative person bukan jaminan kalo elo bisa jadi great creative director.
Alasan gue nulis ini cuman sekedar panggilan jiwa dan bathin buat share apa yang gue pernah denger dan gue rasa bener menurut gue, buat mereka-mereka yang sebentar lagi, mau, atau bahkan udah lama merasakan pahit getirnya pergeseran pekerjaan kreatif ke manajemen kreatif. Enjoy.
Ambil contoh, Darta, bukan nama sebenernya, dia ini top-gun di advertising agency tempat dia bekerja. Disiplin, nggak basa-basi, always meet deadline, jago konsep dan eksekusi. Tahun demi tahun dia bekerja ditempat yang sama (bukan satu atau dua tahun mencelat kesana kemari biar naik gaji atau naik posisi) satu-satunya jalan buat dia is straight to the top. Setiap kali ada promotion, namanya selalu jadi top-of-the-list. Darta mau nggak mau nerima promotion, cuma sekedar menerima kenyataan pahit atau dengan kata lain learning the hard way, bahwa semua karakter dan sifat-sifatnya yang bikin dia jadi creative person yang hebat, bukan jaminan dia untuk jadi manajer creative people yang (boro-boro hebat) lumayan.
David C. Baker, principal of ReCourses, berkata," So many Creative Director have been promoted to that position because they were good at being creative. But, there is no connection between that and being a good creative director."
MANAGEMENT! SUIT SUIT HEY HEY!
Waktu Darta dipromosi jadi creative director, dia udah jadi creative paling enggak sepuluh tahunan. Paling enggak dia udah jago banget dalam hal crafting dan manage dirinya sendiri, ditambah pengalaman dia yang me-manage segelintir orang kreatif pas dia jadi group-head, yang notabene nggak ada artinya buat dia.
Jadi saat dia di-promote, dia ngerasa yah mungkin udah saatnya.
Tapi nggak lama kemudian dia ngerasa bahwa me-manage creative outputnya sendiri jauuuuuuuh banget dengan ngasih arahan dan mengontrol creative output dari tim kreatif yang dia pimpin. Dari ngasih bimbingan, arahan dan kritik ke tim kreatifnya jadi hal yang sangat "tricky" buat dia.
"Gila, lumayan susah, buat ngasih arahan konsep dan eksekusi kreatif ke tim kreatif yang pengalamannya dibawah gue," kata Darta.
"Apa gara-gara kebiasaan kerja sama-sama terus sekarang gue jadi boss/atasan mereka kali, tau deh."
Suasana aneh yang dia rasain saat dia jadi creative director makin kerasa waktu pas menjelang presentasi kreatif yang super penting buat klien kunci.
"Kebayang gak sih, deadline makin deket belum ada konsep yang client-ready, aduuuh pusing," katanya. "Gue nawarin bantuan gue ikut mikir dan ngerjain, tapi ngeliat muka mereka yang seolah ngomong: ngapain sih lu ikut2an, kurang kerjaan apa udah jadi boss?"
Akhirnya Darta memilih untuk back-off. Tim kreatifnya akhirnya mengeksekusi arahannya.
Pelajaran paling berharga buat Darta, bisa disimpulkan dari salah satu seminar yang dia pernah ikutin seperti ini, "Bantu mereka, tapi jangan kerjakan pekerjaan mereka, dan jangan sebentar-sebentar jump-in untuk menolong mereka."
Ada perbedaan mendasar dari being responsible buat kualitas pekerjaan diri sendiri dengan being accountable untuk kualitas dan crafting output pekerjaan orang lain (baik satu maupun banyak orang).
"It's a tough transition for many creative people".
Awal kesalahan mendasar seorang creative director adalah tendensi untuk membantu mengerjakan pekerjaan tim kreatifnya. Mereka sudah sekian lama merasakan nikmatnya dipuji karena kemampuan mereka mengerjakan pekerjaan kreatif, mereka pengen terus merasakan kenikmatan itu, atau kadang mereka masih ingin merasakan asiknya jadi 'pemain' yang super duper produktif.
5 POIN MANAGING CREATIVES AND CREATIVITY dari David C. Baker
TAU DIRI LO SENDIRI (KNOW YOURSELF)
Elo gak bakal bisa jadi ngasih direction buat orang lain secara efektif kalo nggak tau cara me-manage diri elo sendiri. Gimana gaya/cara/kekuatan/kelemahan elo. Awal dari seorang creative director yang masih gres adalah ngaca! Liat kemampuan diri, lakukan evaluasi kekuatan dan kelemahan, kenapa elo dapet promosi dan apakah elo yakin bahwa elo memang mampu (buruan tolak kalo elo nggak suka atau ngerasa nggak mampu. serius!!!).
Ada beberapa site di internet yang bisa jadi patokan, www.myerbriggs.org, www.piworldwide.com, dan www.onlinedisc.com.
Kalo elo orangnya suka ngatur, pasti banyak orang yang bakal reseh kalo sedikit2 elo mengkoreksi mereka. Kalo elo orangnya dominan, pasti bakalan bentrok sama orang yang punya sifat yang sama. Intinya mengenal diri sendiri adalah cara yang paling bijak untuk mengenal pribadi orang lain.
TAU TIM KREATIF ELO (KNOW YOUR TEAM)
Alat yang paling efektif dalam me-manage kreatif adalah dengan berusaha mengenal mereka dan mencari tahu cara mereka bekerja dan berkomunikasi.
Mungkin ada yang bilang elo kurang kerjaan kalo elo punya daftar inventaris karakter personal, skill, dan cara kerja masing-masing tim kreatif elo.
CD yang baik tau setiap anggota tim kreatifnya, tentang cara mereka bekerja, plus kekuatan dan kelemahan masing2. Karena setiap pekerjaan/proyek bisa jadi butuh spesifikasi tim kreatif yang berbeda-beda. Penting juga untuk cari tau apa yang me-motivasi mereka masing-masing.
MANAGE THEM THE WAY THEY WANT TO BE MANAGED
he he he inget nggak waktu jadi art director atau writer, ada yang pengen briefnya lengkap tertulis rapih jali orkes madu, ada tim yang nggak peduli ada brief atau enggak, ada yang butuh deadline tertulis dan kapan real deadline beneran karena kalo enggak mereka akan ngambek, dan lain lain yang kadang kalo dipikir-pikir absurd juga.
Intinya adalah setiap orang/setiap tim kreatif punya cara kerja yang berbeda-beda, jadi jangan kaget, itu cuma STYLE mereka bekerja. Nggak ada metode yang membuktikan cara yang satu lebih baik dari cara yang lain. Jadi saat kita mencoba meng-adapt satu style yang bisa berlaku untuk semua orang, ada baiknya kita lakukan sembari kita tap-in ke masing-masing karakter kerja tim kreatif.
SERING SERING KOMUNIKASI (COMMUNICATE OFTEN)
Berusaha untuk mengkomunikasikan ekspektasi dan memberikan kritik yang konstruktif adalah hal yang paling sulit yang dirasakan seorang creative director yang baru. Kadang hal ini bisa membuat mereka stress berat... hehehe biar mampusss.
Solusi yang paling baik adalah dengan cara mebuat hubungan yang kuat dengan tim kreatif dengan cara membuat kreatif meeting yang regular. Cukup 10 menit untuk tim kreatif. Jangan campur adukan meeting ini dengan meeting evaluasi, deadline, dll. Bikin meeting itu informal, santai dan usahakan untuk ngomong apa adanya dan ajarin mereka untuk ngomong tentang concern mereka apa adanya.
Biar lebih asik dan kondusif catet agenda setiap permasalahan dengan jelas, dan poin-poin diskusi, supaya ada re-cap dan tercatat dengan baik dan rapih.
Hal ini terbukti me-minize konflik. Tim kreatif bisa belajar meng-ekspresikan perasaan mereka, ngasih feedback dan cd bisa memberi feedback langsung secara konstruktif.
PASANG STANDAR TERUS PERGI JAUH JAUH (SET STANDARD, THEN BACK OFF)
Ngasih direction ke orang lain itu rasanya kayak jadi pelatih. Tau kapan hands-on kapan mundur, kapan ngebiarin mereka melakukan sesuatu dan melakukan kesalahan supaya mereka bisa belajar dari kesalahan itu. Wuih, what a challenge!
Kadang CD yang cemen, tergoda buat ngebantuin too much, atas dasar pokoknya kerjaan kelar pada waktunya.
BELAJARLAH UNTUK MENGHINDAR DARI GODAAN TERSEBUT! Susah sih, emang, itu udah kayak insting; tapi kalo berhasil wah itu hal yang sangat berharga...
Akhirnya, jadi creative director itu adalah mengeset standar kreatif dan bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil akhir dari kualitas departemen kreatif, dan mencari cara untuk menghasilkan yang terbaik.
Ada sih, hal lain yang harus seorang creative director lakukan untuk anggota timnya, seperti invest waktu untuk memberikan pengetahuan tentang company culture, history, filosofi, dan standar perusahaan. TAPI yang paling penting adalah: Membiarkan setiap anggota tim kreatif untuk follow their own instincs and ways of working, and letting them learn from their own experiences...
Selamat menjadi creative director yang lebih baik!
______________________________________________________
Saduran super cuek dari HOW, Design&Photography, August 2005
Help! I'm A New Creative Director.
5 steps to becoming a great manager